DAMPAK MODERNISASI PADA MASYARAKAT DESA LASORI

 Sekilas Wajah Kampungku

 Desa Lasori merupakan Kampung halaman saya yang kadang juga dikenal dengan Lamena,disinalah saya dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tuaku, Setiap kali saya pulang, kadang muncul dalam benak saya akan kenangan masa silam, diamana saya masi kanak-Kanak, disini lah dulu dikampung saya bersama beberapa orang teman seusiaku saya habiskan waktu bermain dengan beberapa jenis permainan kalau anak-anak disana biasa menyebut permainan-permainan itu seperti Poenggo, pokamamanu ko, posateko, pokangkoleo, pokadudi, poanse, pobaguli, pokasede, patawala dan banyak jenis permainan tradisional lainnya. Namun kalau melihat pada saat ini, Jenis-jenis permainan itu sudah jarang dimainkan oleh anak-anak masa kini bahkan hampir tidak pernah terlihat lagi, ibaratkan sebuah kayu telah lapuk dimakan oleh Zaman. Dimana permainan anak-anak seperti serupah telah dilengserkan oleh jenis-jenis permainan yang  gampang didapatkan ditoko-toko tanpa mengeluarkan keringat serta kreatifitas anak-anak untuk dalam membuat  dan menciptakan permainan hampir tidak terlihat lagi.

Kemajuan Zaman dan kecanggihan Tehnologi yang sudah menyebar luas Kedesa-desa mengakibatkan gaya hidup yang biasa menjadi gambaran kehidupan  dikota-kota telah nampak jelas terlihat disini dan sudah merambat kesemua kalangan dari remaja, dewasa, orang tua bahkan kanak-kanak. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah menjadi Tradisi dan Budayah pada masyarakat Desa Lasori yang biasa kita dapatkan disana seperti : Mangaruh yang merupakan jenis tarian  yang diperagakan untuk menyambut tamu-tamu besar dan digelar tiap adanya pesta pernikahan setiap tahun, namun beberapa  dekade terahir telah kehilangan arah bahkan tidak pernah dimunculkan lagi. Selain itu ada namanya Fopunda, dimana jika  dua orang pemuda dan pemudi yang berduaan ditempat yang gelap-gelap bila kedapatan oleh orang tua kampung, mereka dibawa dikepala desa dibahas bersama  lalu dinikahkan namun seiringnya jaman kebiasaan itu hilang yang memberikan kebebasan pada khalayak muda untuk melakukan hal tersebut, Ada juga yang namanya Dosula dimana kegiatan ini dilakukan petani sebelum menanam dengan membakar lahan secarah gotong royong bersama masyarakat desa sembali membuat hajatan bubur,  selain itu biasa juga kita dapatkan tradisi seperti Pingitan. Dimana pingitan ini adalah tradisi masyarkat desa lasori yang dilakukan setiap tahun pada setiap anak gadis yang telah beranjak dari umur remaja memasuki umur dewasa dan masyarakat mengsaklarkan ini namun dimana saat ini tradisi ini telah pengalami pergeseran nilai dimana tradisi ini  hanya dijadikan sebagai gaya hidup saja tanpa memahami nilai-nilai yang terkandung, selain itu ada juga sabung ayam dimana kebiasaan ini merupakan kebiasaan sejak lama dimana para orang tua dulu melakukan sabung ayam untuk menunjukan ketangguhan dan keperkasaan mereka melalui ayam namun seiring berjalannya waktu Sabung ayam ini mengalami pergeseran nilai dimana saat ini sabung ayam dijadikan sebagai sarana perjudian.

     Modernisasi telah meregut mengesampingkan tradisi dan budayah yang sudah menjadi kebiasaan Masyarakat Desa Lasori sejak lama yang mengalami  pergeseran nilai. Namun yang menjadi perhatian saya Modernisasi tidak hanya terjadi dikalangan dewasa, modernisasi telah  meregut kehidupan pada kanak-kanak kerap kali apa yang mereka lihat  ditelevisi yang seharusnya tidak  dipertontonkan pada mereka sudah menjadi ingatan dan permainan mereka, bahkan anak-kanak yang masi berumur 7 tahun sudah mahir mengotak atik Henpon genggam HP yang tak sedikit dari mereka sudah mengenal vedo dan gambar orang dewasa yang sangat tidak bernilain pendidikan.

     Modernisasi  perlahan telah meregut dan mengubah kondisi Sosial Masyarakat Desa Lasori, serta telah mengubah pola pikir dan gaya hidup remaja.

Tweet

whatsapp