Sesaat Berkunjung Di Desa Terapung


Gambar rutinitas ibu-ibu pekeeja CV. SUMBER RAHMAT
Siang itu ketika saya bersama-sama Tim Data Statistika dan Informasi Kementrian Kelautan dan perikanan, berkunjung di desa terapung, kecamatan Mawasangka, Buton Tengah. Kunjungan tersebut bermaksut meninjau langsung aktifitas nelayan dan tempat-tempat produksi para nelayan yang ada di desa tersebut yang dimana sebagian besar nelayan di desa ini mengoperasikan bagang.

Desa terapung letaknya tepat dipesisir pulau muna yang berbatasan langsung dengan selat pulau muna dan laut bone, dimana mayoritas masyarakat di desa ini menggantungkan hidup mereka pada hasil laut dan kebun, selebihnya sebagai kuli bangunan serta wirasuwasta bagi mereka yang memiliki modal yang cukup seperti halnya pak Haji pemilik CV. SUMBER RAHMAT yang memproduksi ikan teri nasi setengah jadi yang telah mempekerjakan beberapa masyarakat pada usaha yang ia rintis itu sejak beberapa tahun lalu.

Dalam sebuah gudang produksi yang terbuat dari papan yang cukup sederna itu, saya melihat beberapa orang wanita setengah paruh baya yang tengah duduk mengais ikan yang telah dikeringkan. Kehadiran kami ditempat itu nampaknya mengubah suasana dalam ruangan itu, yang semula para ibu-ibu itu saling bercanda gurau sesama mereka seketika menjadi hening ketika menyadari kedatangan kami. Tapi tidak dengan salah orang perempuan di dalam itu, ia selalu berusaha mengajak teman-teman kerjanya berbincang dan sesekali mempercandai mereka. Nampaknya kecerian ibu ini membuat saya terdorong untuk berbincang-bincang dengannya, diluar agenda kami ke desa itu, saya mendekati ibu itu lalu mengajaknya sedikit bercerita.

Ibu Muzina, wanita yang kini berusia 49 Tahun, ternyata merupakan kelahiran Ponorogo, Jawa Timur. Sejak 8 (delapan) tahun lalu ibu Muzina menetap di desa terapung mengikuti sang suami yang merupakan warga setempat. Dari buah hasil pernikahanya, ibu Muzina kini telah telah dikarunia tiga orang anak, dimana sang suami yang bekerja tidak tetap yang kadang bekerja sebagai kulih bangunan kalau-kalau ada yang memanggilnya untuk bekerja dan sesekali juga suami ibu ini turun melaut seperti mayoritas masyarakat lainnya di desa ini, sebagai pekerja pada bagang juragangnya.
Proses Pengeringan Ikan Teri Nasi

Untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga, ibu muzina setiap harinya bekerja di CV. SUMBER RAHMAT bersama ibu-ibu lainya sebagai karyawan harian dengan tugas memisahkan hasil tangkapan ikan teri nasi yang sudah dikeringkan sebelumnya dengan jenis ikan lainya. Hasil ikan teri nasi pemisahan ibu-ibu ini yang memiliki kualitas bagus dan utuh akan dikemas lalu sangk pemilik akan mengofornya kesurabaya sebagai tempat terakhir pengolahan ikan teri nasi kering tersebut. Sementara jenis ikan lainya biasanya akan dikumpulkan untuk makanan ternak oleh sang pemilik usaha. 

Ibu Muzina yang bekerja sejak delapan tahun lalu, setiap harinya berhadapan dengan ikan teri nasi kering, mendapat upah setiap harinya sejumlah dua puluh lima ribu rupiah dengan biaya tambahan tanggungan makan siang oleh pemilik usaha.

Setiap harinya ibu ini bisa menghabiskan lima sampai sepuluh tempat setiap harinya. Mungkin upah yang ibu muzina terimah terbilang sedikit, belum lagi mereka harus membagi waktu untuk mengurusi anak-anak dan keluarganya.

Tapi itu sudah konsekuensi yang harus diterimah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sebab tidak ada alternatif lain bagi ibu-ibu ini selain bekerja pada CV. Sumber Rahmat untuk menambah pundih-pundih penghasilan keluarga, belum lagi minimnya lapangan pekerjaan yang ada di desa untuk para suami mereka. Sementara kebutuhan ekonomi keluarga semakin mendesak, kebutuhan anak-anak mereka yang sedang duduk dibangku sekolah setiap tahunnya kian bertambah.

Bagi ibu muzina, gaji sejumlah dua puluh lima ribu rupiah yang ia dapatkan hanya cukup untuk menutupi kebutuhan ditiap harinya dan uang jajan ketiga anaknya diwaktu kesekolah. Bagi ibu muzina, harapannya hanya ingin melihat anak-anaknya bisa menamatkan sekolah mereka dan bisa masuk kependidikan yang lebih tinggi, dengan harapan anak-anaknya kedepan tidak seperti dirinya yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Lebih jauh, ibu ini berharap anak-anaknya bisa hidup lebih baik.



Buton Tengah, 09 Agustus 2017

0 Response to "Sesaat Berkunjung Di Desa Terapung "

Post a Comment