Ketika Rembulan Bersemayam di Desa

Suasana Malam di Pantai Gubari

Tak seperti biasanya ketika berada di kota, suara bising menyengat telinga, cahaya lampu kendaraan berbagai merek menghiasi jalanan yang mulus beraspal. Malam ini, suasana begitu sunyi jauh dari keributan dan aktifitas. Sementara jam baru saja menunjukan pukul 21.00 WITA tak begitu larut, biasa jam segitu dimana lebih banyak saya habiskan waktu mencari tugas diwarnet, ngopi bareng kawan di warung-warung kopi dan biasa hanya duduk dalam kos memandangi layar leptop bila tak ada aktifitas. Di Desa, tak ada suara bising kendaraan, tak ada sorotan lampu kendaraan yang berderatan lalulalangdi jalanan. Hening menyelimuti malam, suara jangrik krik krik menjadi kawan mendayu melawati malam, Damai terasah.

Tak mau ketinggalan momen akan indahnya pancaran cahaya dari langit yang sesekali senyap-senyap malu bersembunyi dibalik awan tipis hingga muncul warna kemerahan yang menamba keindahannya. Bersama tiga kawan pria kami berinisiatif menikmati panorama malam ini disebuah pantai berpasir putih, pantai gubari. Mungkin itu hambar tanpa hadirnya sesosok perempuan yang biasa berperan mencairkan suasana dengan cemohan-cemohan manja. Maklum kami masi lajang, tapi bukan berarti suasana tidak mencair. Sentuhan bibir pada gelas kala menyeruput sikopi hitam yang ditemani alunan debur ombak yang bernada pelan membuat suasana semakin romantis. 

Bersantai di Pantai Gubari

Entalah apa yang kami cari, kekonyolan ini bukan kali pertama kami lakukan, melewati malam di pantai ini. Beberapa kali kami sudah lakukan sama halnya seperti malam ini, tapi kali ini kami cukup beruntung menghabiskan malam di pantai ini dengan cangkiran kopi hitam yang ditemani cahaya bulan yang menjadi kebanggan tersendiri bagi kami. Dibawa cahaya bulan, terlihat sesosok pria dari kejauhan tengah mendayung sampan tepat didepan kami, menambah keindahan pemandangan malam ini yang membuat saya mencoba untuk mengabadikannya. Sayangnya saya kurang beruntung, kapasitas kamera hendpon saya tidak mampu menangkap moment itu. Entah siapa pria tersebut dipagi-pagi buta telah mengarungi lautan, yang jelas apa yang ia lakukan bukanlah seperti kami yang sengaja melawan ngantuk berpelukan dingin hanya karna sebuah kegilaan untuk menikmati cahaya rembulan yang sedang berputar untuk kembali keperaduannya.

Bersyukurlah kita yang hidup di desa. Manusia, alam begitu menyatu menampilkan pemandangan indah yang menjadi sajian ditiap waktunya.



Lamena, 07 Agustus 2017

0 Response to "Ketika Rembulan Bersemayam di Desa"

Post a Comment