Mengenal Nadiem Makarim Lewat Pidatonya di Hari Guru Nasional

Nadiem Makarim. Sumber : liputan6.com

Sejak dilantik 23 Oktober lalu sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di kabinet Indonesia maju, Jokowi-Mar'uf Amin. Nama Nadiem Makarim kini sering disebut-sebut dan tampil di layar kaca. Dipilihnya Nadiem sebagai Menteri oleh Presiden Jokowi tak sedikit mengundang pertanyaan dari khalayak umum, karena latar belakang Nadiem Makarim yang tidak memiliki jejak pengalaman di sektor pendidikan.

Meski pemilik nama lengkap Nadiem Anwar Makarim ini tidak memiliki latar belakang disektor pendidikan, namun Jokowi menilai latar belakang Nadiem sebagai pendiri perusahan rintisan beberbasis teknologi seperti Gojek justru menjadi modal tersendiri.



Jokowi meyakini, Nadiem bisa menggunakan keahliannya di bidang teknologi untuk menetapkan standar pendidikan yang sama bagi 300 ribu sekolah dengan 50 juta siswa yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara.

Keyakinan Presiden ini menjadi tantangan tersendiri bagi pria kelahiran 35 tahun lalu itu, perlahan Nadiem harus mewujudkannya satu persatu. Nadiam mulai merangkak, salah satu yang menjadi perhatian publik pada Nadiem saat ini, soal pidato pertamanya yang akan ia sampaikan 25 November 2019.

Sejak diaplot di laman resmi Kemendigbub, teks pidato sebanyak dua halaman dari Nadiem itu menyedot perhatian publik dan menimbulkan berbagai respon. Termasuk saya salah satunya.

Pidato Nadiem telah meyakinkan saya, bahwa Nadiem mampu membawa Pendidikan Indonesia yang lebih baik, sama saat ia membawa Gojek, sebuah perusahan transportasi dan penyedia jasa berbasis dering yang paling di kenali oleh publik di Bangsa ini. Sebuah perusahaan yang telah beroperasi hampir di seluruh wilayah tanah air dan di sejumlah Negara Asia Tenggara seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand.

Nadiem nampaknya berhasil meyakinkan saya, bahwa perubahan di bangsa ini, di zaman yang tak lagi linear seperti saat ini mesti dilakukan dengan pelibatan banyak pihak, melintasi disiplin ilmu, Dan semua orang bisa bertukar peran.

Naska Pidato  Mendikbud. Sumber : MSN.Com


Pada pembuka pidatonya, Nadiem mengucapkan permohonan maaf karena pidato yang akan ia sampaikan sedikit berbeda denga para pendahulunya.

"Bapak dan Ibu guru yang saya hormati, biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik," begitu Nadiem mengawali pidatonya

"Mohon maaf, tapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke," tulis Nadiem

Dalam pidatonya, Nadiem menyampaikan rasa simpatinya kepada para guru di Indonesia karena tugas mulia yang mereka emban juga diikuti oleh aturan-aturan yang justru menyulitkan tugas mereka.

Selain itu, ia juga memandang tugas administrasi yang dibebankan kepada para guru menghambat mereka untuk membantu para murid yang mengalami ketertinggalan di kelas.

Kurikulum yang terlalu padat dan kurangnya kepercayaan untuk berinovasi, di nilai Nadiem juga menghambat para guru untuk berkarya demi kesuksesan para anak didiknya.

Masi dalam pidatonya, Nadiem berjanji tidak akan memberi janji-janji kosong kepada seluruh guru di Indonesia, serta tetap akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia.

Ia juga meminta para guru agar melakukan perubahan di kelas tanpa harus menunggu perintah. Nadiem merinci perubahan kecil terus dilakukan dengan cara berikut

1. Mengajak kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.
2. Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas.
3. Mencetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.
4. Menemukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.
5. Menawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

"Apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak," tutup Nadiem sebelum mengucapkan Selamat Hari Guru dalam naska pidatonya.



Bagi saya, ini pidato "short, dense and clear", pidato yang singkat, padat dan jelas. Sekalipun ia belum bisa mewakili seluruh masalah pendidikan kita. Namun bagi saya, Nadiem telah merubah wajah dan citra birokrasi kita, menghadirkan pidato dengan gaya yang sederhana, menghapus noise pada substansi pesan yang ini disampaikannya.

Nadiem menunjukan gaya birokrasi yang sederhana dan sedikit bicara membokar citra birokratis yang cenderung retorik sedikit gagasan. Yang dimana biasanya, kita akan disuguhi pidato yang birokratis. Bahasa yang dibawakan pun mengikuti aturan irama yang comlicated, yang terkadang ketika mendengarnya pun malah bingung dengan maksut yang disampaikan. Dan kita lebih sibuk mengurusi rasa ngantuk ketimbang mencoba mecerna dan menyelami isi pidatonya.

Pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 ini telah menunjukan gaya baru birokrasi kita, Gaya ala millenial. Sedikit bicara, perkuat solusi dan perbanyak inovasi.

Selamat bekerja untuk pak Nadiem Makarim, dan untuk para guru Indonesia, selamat berinovasi dan tetaplah menjadi teladan untuk para pelajar Indonesia.

Baubau, 25 November 2019

0 Response to "Mengenal Nadiem Makarim Lewat Pidatonya di Hari Guru Nasional"

Post a Comment