Danau Pasi Bungi; Dari Legenda Hingga Bentuknya Serupa Love

Danau Pasi Bungi dari Udara. Foto : Istimewa

Di tahun 2015 lalu saya pernah menulis tentang legenda Danau Pasi Bungi. Danau yang kini menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Buton Tengah untuk dikembangan sebagai destinasi pariwisata unggulan di Buteng.
span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">
Sekalipun setahun terakhir pemkab Buteng baru membuka jalan yang bisa dilewati kendaraan menuju ke lokasi destinasi pariwisata tersebut. Namun, nama danau pasi bungi kini suda menyita perhatian para pencinta traveler.

Wajar saja, destinasi pariwisata yang satu ini tergolong unik, sekalipun letaknya berada di tengah gunung di peta wilayah kecamatan Mawasangka Timur (Mastim). Tetapi danau yang satu ini airnya terbilang payau dan hambar.

Selain airnya terasa hambar dan payau, danau pasi bungi juga memiliki legenda yang sampai saat ini masi dipercaya oleh masyarakat disekitarnya sebagai salah satu sebab musabah lahirnya danau itu. Danau yang lahir mengorbankan banyak jiwa dan harta akibat hubungan cinta terlarang dua sijoli bersaudara.

Dari cerita yang berkembang dari masyarakat di sekitar danau itu, danau pasi bungi dulunya merupakan perkampungan yang hidup damai dan ramai. Namun di antara penduduknya ada dua anak bersaudara terpisah sejak kecil paska sepeninggal orang tua mereka, tidak saling mengenal bahkan orang tua angkat mereka dan warga sekampung tidak mengenal siapa La Pasi dan Wa Unda pembawa petaka itu.

Setelah dewasa, La Pasi bersama orang tua angkatnya yang kembali kekampungnya. Dia bertemu wanita bernama Wa Unda di acara pesta kampung, dari pertemuan singkat dan tak pernah disangka itu, merekapun saling berkenalan dan berkomunikasi hingga akhirnya timbul benih-benih cinta diantara keduanya.

Dalam perjalanannya, cinta mereka semakin kuat, saling suka hingga akhirnya mereka bersepakat untuk membangun mahliga rumah tangga. Membangun rumah tangga yang bahagia dan melahirkan anak-anak yang manis sebagai pelanjut generasi dimasa mendatang.

Keduanya pun bersepakat untuk menikah, sampaih di situ rencana mereka masi mulus, semua pihak memberikan dukungan. Apalagi La Pasi dibesarkan oleh orang tua yang cukup kaya dan terpandang. Sekalipun Wa Unda adalah wanita yang dibesarkan hanya seorang janda yang kesehariannya berkebun, tapi dia adalah wanita yang memiliki paras cantik, bunga desa yang menjadi idola para lelaki di kampungnya.

Setelah cita-cita keduanya tercapai, mereka berhasil menjadi raja dan ratu sehari, semua mata memandang mereka dengan penuh kebahagiaan. La Pasi dan Wa Unda lempar senyum bahagia, juga sesakali meneteskan air mata bahagia.

Setelah berlangsung tiga jam, pesta pun seleseai, keduannya meninggalkan pesta, berjalan dengan gagah dan anggun yang dibaluti wajah bahagia. Belum sampai ke kamar pengantin tiba-tiba terdengar bunyi hujan yang tak lama disambut huru hara warga, tapi bagi kedua sijoli itu, berpikir ini hujan berkha, semakin deras hujan bagi mereka berdua semakin enak untuk memadu kasih dihari yang bahagia.

Hujan yang mengiringi peraduan kasih kedua sejolih yang suda disahkan agama dan adat itu semakin keras. Kebahagian berganti duka, badai datang melanda, ganasnya air melanda memutuskan cinta suci mereka yang belum sempat mengotori hubungan tali persaudaraan mereka berdua. Pernikahan mereka dihadia oleh Allah dengan ganasnya air yang sekaligus menyalamatkan hubungan suci mereka melalu bencana alam. Bencana alam yang dahsyat hingga membuat perkampungan itu ditelan bumi, menjadi lautan di tengah hutan belantara.


Dari bekas kampung tersebut muncullah air yang merebah hingga membentuk danau. Dari kisah tersebut, danau itu diberi nama danau pasi bungi, dalam bahasa setempet yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia, danau batu karang yang membentuk gugus pulau ditengah air/laut.

Belakangan diketahui, semenjak beroperasinya Bandara Betoambari Baubau yang menghubungkan Baubau dengan kota-kota terdekat dimana jalur penerbangannya melalui wilayah pesisir Buton Tengah. Sebelum kita mendarat di Bandara Betoambari Baubau, dari jendela pesawat akan terlihat jelas pemandangan menarik sebuah danau di tengah hutan berbentuk gambar hati (Love) di wilayah kabupaten Buton Tengah.


Walhi Sultra saat kunjungi Danau Pasi Bungi

Karena itu, agar lebih dikenal lagi, danau yang memiliki panjang 1 KM lebih dengan diameter 800 meter lebih, dan luas sekitar lima hektar, Dinas Pariwisata Kabupaten Buton Tengah menjadikannya sebagai objek wisata dan menjulukinya sebagai Danau Cinta karena bentuknya yang menyerupai hati bila dilihat dari udara.

Sekalipun saat ini untuk kesana suda bisa diakses memakai kendaraan, tapi kealamian danau cinta masi terjaga. Dari parkiraan kendaraan, ketika berkunjung kesana, kita akan melawti hutan dengan berjalan kaki sekitar 50 meter untuk mencapai  danau itu.

Saat berkunjung disana, dari parkiran kedatangan kita akan disambut riang dan merdu, nyanyian burung-burung yang terbilang suda langkah seperti burung Kaka Tua, Burung Nuri dan bebera satwa lainya yang mencari makan dan hidup di hutan pinggiran Danau Pasi Bungi.

Jika beruntung, ketika berkunjung dipagi buta saat matahari terbit menyusuri bebukitan batu cadas danau itu, kita akan menjumpai pemandangan yang menarik dari sekelompok burung-burung yang tengah membasu tubuh di tengah danau. Sepintas, sekolmpok burung itu seperti sekelompok bebek, hanya bentunya agak kecil dan mungil.

Selain jenis burung, di Danau Pasi Bungi juga hidup berbagai tumbuhan dan satwa liar. Sayangnya, sampai kini Danau Cinta ini belum diketahui kedalamnya. Konon katanya, dari cerita yang berkembang di masyarat suda ada yang pernah mencoba untuk menyelam menyelusuri kedalamannya, tapi semakin kedalam semakin panas sehingga tidak berani melanjutkannya.

Danau yang satu ini memang tergolong mistis, bahkan sebagian masyarakat masi percaya, kalau disalah satu bagian tebing danau itu sakral dan jika kesana kita akan menjumpai sisa-sisa sesajian bahkan uang ritual dari sebagian masyarakat setempat yang diberikan untuk leluhur mereka yang dipercaya sebagai penguhuni danau tersebut.

Terlepas dari kesakralanya, Danau Cinta ini telah direncanakan oleh Pemkab Buteng akan dikembangkan menjadi destinasi wisata dengan konsep “Ekotourism” atau ekowisata. Untuk pengembangannya, jalan menuju bibir danau akan dibuatkan “Wisata Trekking” dengan mempertahankan konsep kealamiannya dengan menjadikan kawasan hutan danau pasi bungi sebagai kebun raya. Hal tersebut sebagaimana disampaikan langsung oleh Bupati Buton Tengah saat berkunjung di Danau Pasi Bungi pada Januari 2018 lalu.

Yuk kita nantikan terobosan-terobosan dari Pemkab Buteng kedepan!


Buton Tengah, 20 Februari 2019

0 Response to " Danau Pasi Bungi; Dari Legenda Hingga Bentuknya Serupa Love"

Post a Comment