Ojek Laut Di Desa Lagili, Cocok Jadi Transport Wisata Di Teluk Liana Banggai

Ojek laut di Desa Lagili. Foto : Amrin Lamena


Siang ini kolong-kolong langit dibaluti awan hitam, sesekali juga cahaya matahari menampakan kemilauannya dicela-cela awan, terik dan menyengat. Sejak pagi, motor saya pacu menuju sebuah desa diujung barat kecamatan Mawasangka Timur.


Sekitar 20 menit tiba di Desa itu, sepi, suasana dese begitu renggang, hanya aktivitas anak sekolahan berseragam merah putih yang tengah bermain di halaman sekolah. Kemudian saya mencoba berkeliling, melihat-lihat kondisi desa.

Puas mengelilingi desa, motor saya hentikan di dermaga penyebrangan. Sama, kondisinya juga renggang, hanya ada seorang lelaki parubaya disana yang duduk diperistrahatan, tampaknya bapak ini sedang menunggu penumpang yang hendak menyebrang.

Saat saya hentikan motor, bapak itu menanyai saya, "Opolimba kha?". Mungkin dipikirnya saya hendak menyebrangi teluk. Saya kemudia menjawab si bapak kalau saya hanya sekedar jalan-jalan dan melihat-lihat aktivitas orang-orang di dermaga.

Tak cukup waktu lama, sebagaimana orang desa kebanyakan, dengan rama Bapak ini mempersilahkan saya untuk duduk dan menawarkan saya sejumlah jeruk yang terbungkus plastik putih. Lumayan, bisa menyegarkan kembali kerongkongan saya.

Belum banyak bercerita dengan bapak itu, keheningan siang itu pecah oleh suara mesin ketinting perahu kayu menuju dermaga mungil itu. Burung layang-layang yang hinggap di kabel listrik pun kaget, terbang menjauh.

Beberapa ibu rumah tangga, anak-anak dan beberapa orang lelaki dewasa, nampaknya masi satu keluarga, turun dari perahu sambil membawa tas dan kantong kresek, menyerahkan sejumlah uang ribuan lalu melangkah ke arah daratan.

Motorik Ojek Laut di Desa Lagili. Foto : Amrin Lamena


"Para ibu-ibu itu dari sebrang, kayaknya mau ketemu keluarga mereka di Desa ini," kata La Ingku, motoris ojek laut yang duduk di dermaga.

La Ingku adalah warga Desa Lagili  yang berada di kecamatan Mawasangka Timur. Sedangkan ibu-ibu tadi adalah warga Desa Lanto Kecamatan Masasangka Tengah  yang berada  di sebrang teluk 500 meter dari daratan Desa Lagili.


Para ojek laut ini melayani penyeberangan dari dan ke dua desa tersebut, Lagili dan Lanto. Desa Lagili sendiri dihuni 172 Kepala Keluarga (Sumber, PKD Desa Lagili 2017), untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sebagian besar masyarakat disini masi mengandalkan hasil laut sebagai mata pencarian, sementara istri mereka menenun dan bertani.

"Kalau lagi sepi penumpang, ya, biasa juga turun melaut memancing, kadang juga memukat," tutur La Ingku menyambung percakapan kami.

Para ojek laut di desa ini berjumlah 11 orang. Mereka memggunakan perahu tradisional yang terbuat dari kayu yang dipasang berpasangan dengan mesin tempel sebagai sumber tenaga, ada juga yang terbuat dari viber, seperti milik Bumdes Desa Lagili. Namun yang aktif hari ini hanya 4 ojek laut.

Dihari-hari biasa, para ojek laut ini paling banyak hanya dua kali pengantaran, biasanya langganan mereka adala guru-guru dari sebrang yang mengajar di desa itu. Akhir pekan, banyak yang lalu lalang ke desa sebrang, terutama para ibu-ibu. Mereka pergi berbelanja  ke pasar di Desa itu.

"Kalau hari biasa paling 2 atau 3 kali mengantar, kalau hari pasar bisa mencapai 5 kali," papar Engko.

 Satu kali penyebrangan, biasa para ojek laut ini menarik tarif  20 ribu, jika ada motor maka naik 25 ribu suda dengan boncengan, berbeda lagi jika hari-hari pasar, biasanya para motorik ini menarik tarif 5 ribu perkepala dalam satu kali penyebrangan.

Ojek Laut di Desa Lagili. Foto : Amrin Lamena

Desa Lagili berada dikawasan teluk Liana Banggai berhadapan langsung dengan Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah. Perairan dikawasan teluk ini cukup tenang sehingga ojek laut ini juga cocok dijadikan sebagai transport wisata di teluk ini. Apa lagi disekitar  teluk meliki cukup banyak tempat wisata dan pulau-pulau kecil yang keren untuk dikunjungi oleh wisatawan. Salah satunya pantai dan permandian Maobu di Desa Lalibo, Taman cemara di Desa Lanto, Danau air Asin dan mata air oe mowahe di Desa Lagili sendiri.

Ya, Moda transpor ojek laut yang dilakoni sejak lama oleh masyarakat Desa Lagili dan Desa Lanto ini patut dipikirkan dan ditawarkan sebagai salah satu aikon wisata desa di Kabupaten Buton Tengah. Dengan begitu pariwisata bisa memberi harapan kepada nelayan, pembudidaya karamba ikan, ojek laut dapat penghasilan lebih, demikian juga rumah makan, warung, dan lainnya yang berada dikawasan teluk ini.

Nelayan Tradisional. Foto : Amrin Lamena


Pesona Teluk Liana Banggai, pulau-pulau kecilnya, dan aktivitas masyarakat di teluk ini bisa dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata desa seperti yang disebut Bachtiar Djanan M. dan Tri Andri Marjano yang melihat paradikma wisata secara kritis, lalu menawarkan alternatif dengan membalikan perspektif pariwisata fisik ke arah pemberdayaan berbasis pada aktivitas sehari-hari dan sumber daya budaya yang diolah secara partisipatif oleh warga.

Begitu juga aktivitas warga disekitar teluk ini dapat menjadi nilai yang dapat menarik wisatawan untuk datang, mereka menikmati perjalanan yang indah, memperkaya pengetahuan dan memahami kebudayaan masyarakat setempat.

Berada di Teluk Liana Banggai seakan berada di dua belahan bumi yang berbeda dalam satukaligus, disatu sisi kita akan menyaksikan aktivitas bongkar muat para buru dipelabuhan petikemas di Desa Lanto seperti halnya di kota-kota dan pada sisi lainya kita akan menyaksi aktivitas masyarakat yang melaut, ojek laut, pembudidaya ikan dan ramput laut dengan perahu-perahu tradisional. Mereka hidup di atas laut, semuanya dilalukan di atas air yang sama.


Buton Tengah, Kamis, 18 Juni 2019

1 Response to "Ojek Laut Di Desa Lagili, Cocok Jadi Transport Wisata Di Teluk Liana Banggai"