Sumber Gambar : Republika.id.com |
Bulan Agustus merupakan bulan penuh makna bagi Bangsa Indonesia. Kita baru memsuki beberapa hari di bulan agustus namum semarak Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke 73 tahun suda mulai terasa. Nampaknya, peringatan HUT Proklamasi kali ini lebih bermakna lagi karena pada tahun ini Indonesia dipercayakan kembali untuk menjadi tuan rumah Asian Games XVIII. Itulah sebabnya semarak peringatan HUT RI bersamaan dengan semarak menyambut pelaksanaan Asian Games.
Pemerintah melalui Kemeterian Sekretariat Negara menyampaikan bentuk logo angka 73 berikut slogan yang digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan. Logo angka 73 didesain berwarna merah. Di bawah angka 73, terdapat slogan: KERJA KITA, PRESTASI BANGSA.
Dalam surat edaran penyampaian Tema dan Logo HUT RI 73, disebutkan bahwa logo tersebut digunakan sebagai branding rangkaian kegiatan Peringatan HUT ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia yang sinergis dengan Asian Games XVIII.
Pada perayaan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke 73 tahun 2018 kali ini, Ada dua tema yang diusung pada Perayaan 73 Tahun Kemerdekaan Indonesia ini, yakni Energi dan Kerja. Konon, tema Energy diambil dari identitas Asian Games XVIII yakni The Energy of Asia, sementara Tema Kerja merupakan cerminan pemerintah selama empat tahun terakhir untuk perubahan yang lebih baik.
Disebutkan, Tema “Energi” dan “Kerja” diharapkan dapat memberikan dampak kepada masyarakat Indonesia agar terciptanya semangat dalam bekerja bersama membangun negeri dan semangat untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi dunia.
Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa semangat logo 73 tahun Kemerdekaan Indonesia ini karena semangat Asian Games 2018 yang akan berlangsung di Indonesia. Logo 73 tahun Kemerdekaan Indonesia ini terinspirasi dari kata Kerja yang berarti adanya pergerakan atau aktif. Kata energi yang berarti tenaga atau daya untuk bekerja, pancaran.
Dalam pedoma identitas visual Logo 73 Kemerdekaan Indonesia itu disebutkan juga bahwa kerja dan energi adalah suatu kesatuan yang saling melengkapi. Disimbolkan oleh bentuk garis dinamis yang memiliki arti suatu kemajuan dalam bekerja, sekaligus melambangkan semangat, optimisme untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi dunia.
Secara keseluruhan semangat pemerintah untuk menjaga semangat Nasionalisme melalui tanda-tanda dan simbol perlu di apresia. Namun Indonesia di usiah ke 73 ini menjadi sorotan bersama. Pasalnya usiah 73 tahun bukan lagi usiah yang muda bagi bangsa ini. Jika kita analogikan dengan umur biologis manusia bangsa ini suda memasuki usiah senja.
Mungkin itu hanya sedikit fleksibel untuk memacu semangat kita agar bangsa ini tetap berada dalam frem sebagai negara bangsa yang utuh. Karena pada dasarnya bangsa ini tidak akan pernah bisa disamakan dengan umur sesorang. Karena bangsa ini meliki ribuan nyawa generasi disetiap masanya, mati satu tumbuh seribu (sekalipun kita pernah kehilangan generasi-generasi terbaik dimasanya). Dan akan selalu ada seorang generasi yang benar-benar tulus mencintai bangsa ini. Semogah.
Melihat huru hara dan problematika yang terjadi di negeri ini ada sedikit kehawitiran. Boleh jadi bangsa ini akan bubar sebagai negara bangsa. Problem pelaksanaan dekmorasi dibangsa ini sudah mencapai kluminasinya. Ujaran kebencian, berita hoaks, keberpihakan penyelenggara dan pejabat aparatut sipil negara tak henti-hentinya menghiasi dinding-dinding media sosial. Syukurlah Pasukan garuda muda timnas Indonesia U16 keluar sebagai juara dalam kejuaraan AFF 2018 sehingga sedikit menutupi betapa riuhnya omelan kampret dan cebong yang menyertai pendaftaran Capres dan Cawapres.
Dilain sisi banyak beredar kabar Indonesia tengah menghadapi gempuran tenaga kerja asing yang berasal dari china, mungkin inipula yang melatarbelakangi pemerintah hari ini dituding pro china, komunis dan anti islam. Entalah, kapan bangsa ini terbebas dari serbuan tenaga asing lalu berlari sekuat-kuatnya menaiki puncak keemasanya. Yang pasti pasar Internasioal begitu terbuka. Arus globalisasi begitu deras sehingga pada sisi lain dapat membawa dampak cukup buruk bagi bangsa ini. Memudarnya rasa nasionalisme, cinta akan tanah air dan mulai terpinggirnya nilai-nilai luhur kebangsaan kita. Sehingga memungkinkan jati diri bangsa ini hanyut dalam persaingan itu.
Indonesia memang saat ini sedang dalam posisi tercekik. baik dari segi ekonomi dan merosotnya moralitas bangsa. Laju perkembangan zaman yang tak selalu statis menuntut kita untuk selalu sigap dalam menyesuaikan diri pada tiap perubahan-perubahan itu. Sigap dalam mengambil sikap dan membaca setiap perubahan lalu mengartikulasikannya dalam bentuk ide, gagasan dan meramunya dalam bentuk gerakan nyata.
Sengaja saya menuliskan ini. Karena saya anggap perlu ada gerakan bersama membentuk kesadaran kolektif untuk merawat bangsa ini agar tak lekas ke liang lahat. Menghilangkan blok-blok dan kaplingan para elit politik yang telah membagi bangsa ini berdasarkan agama, suku, ras dan golongan untuk memenangkan sebuah pertarungan politik. Hal ini tentu akan berimplikasi pada disintegrasi yang kian nyata. Mungkin ini pulah yang dimaksutkan seorang Tere liye, negeri di ujung tanduk.
Sebagai anak bangsa perlu ada upaya menemukan kembali wajah Indonesia. Indonesia sebagai bangsa yang besar dan majemuk. Indonesia yang memilikih Jumlah penduduk 237.641.326 (sensus penduduk 2010) yang mendiami sekitar 11.000 pulau dari 17.504 pulau di Nusantara. Indonesia yang dibentuk dari beragam suku, ras, agama dan bahasa. Indonesia adalah sebuah negeri yang dibangun dengan kesadaran oleh dan dari berbagai unsur yang beraneka ragam sifat dan karakteristiknya untuk meraih tujuan dan kepentingan bersama.
Apalagi beberapa hari lagi kita akan merayakan hari jadi bangsa Indonesia yang ke 73. Sebagaimana layaknya manusia, Indonesia perlu kita rawat. Momen peringatan kemerdekaan ke 73 ini merupakan saat yang tepat untuk kita merefleksi bersama bagaimana merawat Indonesia untuk menjadi lebih baik.
Kita harus melihat Indonesia dalam bingkai kebangsaan. Di sini menjadi jelas bahwa bangsa Indonesia dibentuk bukan karena kesamaan etnis dan golongan. Kalau kita mempelajari sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa ini, sangat nampak bahwa terbentuknya Indonesia sebagai bangsa dikarenakan adanya kesadaran bersama untuk suatu tujuan dan kepentingan bersama atas dasar kesamaan pengalaman dan latar belakang historis sebagai korban penjajahan. Kenyataan sejarah sebagai "yang sama-sama terjajah" inilah yang membentuk kesadaran kolektif masyarakat kalah itu di nusantara untuk berjuang menentang penjajah demi cita-cita kemerdekaan.
Menyimak kenyataan tersebut tentunya kita akan bersepakat, bahwa bangsa Indonesia telah dibentuk oleh suatu kesatuan solidaritas yang besar. Kesatuan yang terdiri atas manusia-manusia yang merasa bersetiakawan satu sama lain. Bangsa Indonesia adalah suatu jiwa, suatu alat spiritual yang tercipta oleh perasaan pengorbanan yang dibuat di masa lampau dan oleh manusia-manusia bersangkutan dibuat lagi di masa kini dan masa depan melalui suatu kenyataan yang jelas, yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan untuk terus hidup bersama. Suatu bangsa tidak tergantung pada kesamaan asal ras, suku, agama, bahasa, letak geografis dan sejenisnya. Bangsa adalah kesepakatan yang seolah-olah terjadi setiap hari antara manusia-manusia yang bersama-sama mewujudkan cita yang sama.
Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia bukan karena unsur belaskasihan bangsa penjajah, bukan pulah atas perjuang golongan tertentu, melainkan oleh pengorbanan manusia Indonesia demi cita-cita kemerdekaan yang sama. Indonesia kini telah merdeka. Kitalah yang menikmati angin segar kemerdekaan. Maka dari itu, tidak ada orang lain selain kita sendiri yang mesti berjuang merawat Indonesia. Kesadaran merawat Indonesia tentu lahir dari kesadaran akan adanya situasi ketidakterawatan, situasi kacau yang melilit bangsa ini. Berangkat dari situasi tersebut kita perlu membangun kesadaran bersama bahwa perlu adanya upaya perawatan yang lebih baik.
Sudah 73 tahun Indonesia merdeka. Menilik situasi khaostik di atas kita pantas bertanya, benarkah Indonesia sungguh-sungguh merdeka? Di mana letak kemerdekaan yang sesungguhnya bagi Indonesia? Kalau kita mengafirmasikan bahwa Indonesia sudah merdeka namun belum sungguh merasakan kemerdekaan, maka tugas kita sekarang adalah merawat kemerdekaan agar kita sungguh merdeka.
Kemerdekaan yang perlu kita jaga sekarang ini bukan terkait dengan adanya bangsa-bangsa lain yang akan menjajah kita secara fisik melainkan terdapatnya wajah-wajah penjajah baru yang menggoroti ideoligi bangsa dan anak negeri sendiri telah berhianat pada bangsa. Para koruptor dan mafia-mafia megaproyek yang kita saksikan setiap saatnya di layar-layar media kita adalah jalinan mata rantai penjajah yang belum angkat kaki dari bumi Indonesia. Merawat Indonesia berarti mengartikulasikan secara benar kehidupan nyata bersadarkan ideologi bangsa. Dengan demikian, bangsa ini bukan saja kaya dengan manusia yang suka berbincang-bincang melainkan yang sanggup berbuat bagi kebaikan banyak orang. Sudah saatnya bangsa ini membutuhkan orang-orang seperti itu.
Dalam rangka merawat Indonesia, perjuangan bersama oleh semua pihak dalam berbagai bidang perlu ditingkatkan. Suhu politik yang akhir-akhir ini melejit bukan tidak mungkin mempengaruhi cara pandang dan bertindak kita sebagai warga bangsa. Namun kita tidak mesti terksploitasi dengan pendapat-pendapat yang hendak memecah-bela persatuan bangsa. Menjadikan Indonesia ini sebagai rumah bersama dan dengan itu, setiap warga negara memiliki niat baik untuk tetap bersatu teguh membangun kedaulatan bersama. Keterbukaan pasar internasional, membutuhkan kesiapan semua pihak mesti memacu diri untuk lebih berkompeten dibidangya masing-masing. Kita tidak mesti cengeng dengan keadaan, kita harus lebih siap untuk berkompetisi dan menghadapi gempuran tenaga kerja asing dan membumi hanguskan para penjaja lokal yang berkedok nasionalis.
Akhir kalam, merawat Indonesia sejatinya adalah keharusan bagi setiap orang agar dapat melakukanya. Maka merawat Indonesia akan menjadi tanggungjawab bersama baik Pemerintah, masyarakat bahkan kita yang masih menempuh pendidikan agar selalu memacu diri untuk berkompeten. Karena kita adalah generasi yang akan selalu hadir ketika bangsa ini membutuhkan. Olenya itu kita semua sebagai generasi muda agar selalu bersemangat dan ikhlas dalam menjalankan tanggung jawab, apapun itu.
Anak Muda, Merawat Indonesia adalah menjaga mimpi, merawat mimpi dan melaksanakan mimpi sebagai generasi penerus dimasa mendatang.
Dirgahayu Republuk Indonesia.
Jayalah Negeriku, Jayalah Bangsaku.
Baubau, 15 Agustus 2018
0 Response to "Merawat Indonesia"
Post a Comment