Foto : Sumber.com |
Lantas kenapa kini kita mahir mengungkapkannya? Menerka segala apa yang tidak pernah kita saksikan. Berani mengatakan bahwa para filsuf, cendekia dan pemuka, ini dan itu, dari sini dan di sana. Saya tidak benar-benar yakin kalau itu semua kita tahu dari cerita orang-orang di sekeliling kita, karena kemampuan otak sungguh tidak akan mampu menyimpanya serapi itu. Lantas dari mana kita mengetahui itu? Jawaban tepatnya adalah buku. Maka saya harus berterimah kasih kepada mereka yang sudah bekerja untuk keabadian. Mereka yang sudah memperkenalkan saya banyak hal, memperkenalkan dirinya dan sesosok orang lain, dalam sebuah tumpukan kertas bercoret tinta hitam bernama buku.
Buku adalah sebuah manifestasi manusia dalam menampung hasil tela’ahnya dari keluasan langit yang menyimpan berbagai kisah dan pengetahun. Diurai dalam bentuk aksara dari berbagai jendre. Ada pula yang bilang “semakin banyak buku yang kita baca, surga yang mulia dan jauh menjadi dekat dari kehidupan”. Mungkin itu benar, salah satu yang identic dari surga adalah kebahagiaan. Kebahagiaan dalam buku adalah kisah-kisah romantika percintaan atau perjuangan panjang si miskin yang kian berhasil yang tersaji dalam sebuah lembaran titrologi. Jika itu surga. maka tidak akan dibiarkan ngambang dalam pikiran.
Sejauh saya bercibaku dengan buku, kian saya menyimpulkan, buku adalah “jam weker tak berdering” yang mengingatkan pembaca dari hakikatnya yang tidak sempurna. Manusia sering lupa, lupa dalam kesadarannya dan lupa dalam kenyamanannya. Buku dalam setiap lembarannya bertebaran aksara yang menyimpan cerita, nilai, etika, dan estetika bahasa.
Jam weker, taukan apa itu jam weker? Jam Weker atau baker adalah jam untuk kamar tidur yang dilengkapi dengan alarm (lonceng) yang disetel untuk berbunyi pada jam dan menit yang ditentukan. Jam weker dipakai untuk membangunkan orang yang sedang terlelap tidur (Wikipedia, 2017). Begitu juga dengan buku, ia ibarat jam weker yang akan membangunkan setiap pembacanya, dan lebih hebatnya buku mampu memberikan pelajaran sejarah pada masa lalu. Darinya, dari sajian sejarah yang disajikan oleh penulisnya kita akan meretas kembali arah serta cara kita dalam mengarungi kompleksnya dinamika kehidupan.
“Ilmu itu berat hewan liar, dan tali pengikatnya ialah catatan”
Ya, itulah pentingya memperoleh buku dan membukui. Buku yang kita peroleh dari karya orang lain kita bisa belajar banyak hal. Dan dengan membukui (buku karya sendiri), maka kita telah belajar menjadi seseorang pengingat bahkan penasehat untuk manusia-manusia dimasa depan. Jadilah penikmat buku dan esok jadilah penghasil buku, maka kau akan menjadi orang yang disegani dengan ilmu pengetahuanmu dan akan diingat karena karyamu.
Selamat hari Aksara!!!
Salam literasi!!!
Baubau, 08 September 2018
0 Response to "Buku, Jam Weker Tak Berdering"
Post a Comment