Merawat Mimpi di Desa Lasori

Masyarakat Desa Lasori dikaala air laut surut. Foto : Amrin Lamena

Pada 14 Desember kedepan di Kabupaten Buton Tengah akan melaksanakan pemilihan kepala Desa (Pilkades) serentak. Ada 16 desa yang akan mengikuti pemilihan di gelombang ke tiga kali ini. Salah satunya Desa Lasori di Kecamatana Mawasangka Timur. 

Kini tahapan Pilkades itu suda memasuki pemberkasan calon. Gambaran siapa saja yang nantinya akan bertarung dalam konstetasi enam tahunan itu tentu suda diketahui figur-figurnya. 

Sekalipun belum ada penetapan, riak-riak di masyarakat suda begitu terasa. Masyarakat mulai terpetak, ini mendukung siapa dan itu mendukung siapa. Saling lempar dan berbalas isu pun menjadi barang tak terhindarkan. 

Tahapan masi akan berlangsung hingga satu bulan kedepan. Masi akan banyak tenaga dan pikiran yang terkuras. Segala kemungkinan masi bisa terjadi. Masi banyak bola liar yang akan bergulir. Jika kita tak bisa menahan diri, bukan tidak mungkin bola liar itu akan menjadi bola panas yang dapat menghanguskan keguyuban dan persaudaraan yang dimiliki masyarakat desa selama ini. 

Dalam wujud diri yang sadar, saya yakin, itu menjadi hal yang tidak pernah kita inginkan bersama. Tak terbayang, sebara mahal harga yang harus kita bayar jika itu terjadi, apa lagi sampai Kamtibmas terusik. 

Kebersamaan bersama masyarakat Desa Lasori diacara perpisahan NS mastim. Foto : Istimewa 

Kontestasi enam tahunan sekali yang sedang kita hadapi ini sejatinya adalah perayaan, sekaligus mengokohkan kembali mimpi dan harapan yang suda coba dibangun sejak lama, membangun desa yang lebih baik. 

Ada pesan para pendahulu yang menurut saya layak untuk dijaadikan patron untuk kita yang saat ini masi meniti karir. Pesan itu masi melekat diingatan saya bagaimana para tetua menasehati kami dahulu saat malas bersekolah. 

"Sekolah fekatataomu anai, naewine naefua kawu umawomomu mefowanu miu liwu," 

Begitulah salah satu pesan yang paling sering didengar oleh anak yang lahir dan tumbuh di desa bernama Desa Lasori. Saya yakin, sebagian atau mungkin juga seluruhnya yang membaca tulisan ini akan mengaku pernah mendapat pesan itu. 

Anak-anak di desa tumbuh tidak hanya dari nasehat-nasehat orang tuanya, tapi dididik secara komunitas, diasuh bersama-sama. 

Ditataran keluarga, seorang anak yang melanjutkan studi di perguruan tinggi, sejak ia tinggalkan rumah dan kampung halamannya, keluarga suda menitip pesan agar kelak ia pulang menjadi seorang yang berguna bagi keluarga dan orang-orang disekitarnya dengan ilmu pengetahuannya.

Saya yakin, pesan serta harapan itu tidak hanya terlontar begitu saja. Mereka punya harapan besar untuk mewujudkannya. Hanya soal kesempatan dan waktu jualah yang belum berpihak kepada mereka. Sehingga mimpi-mimpi besar itu dititipkan kepada kita semua sebagai generasi penerus. 

Kita berharap, lewat kontestasi inilah bisa menjadi salah satu jalur mewujudkan cita-cita dan mimpi-mimpi itu. Figur-figur yang saat ini mengikuti Pilkades, saya yakin mereka juga terpanggil untuk wujudkan cita-cita itu. Tidak sekedar hanya ingin keluar sebagai pemenang, lalu berkuasa. 

Sejatinya, yang paling mahal pada seorang pemimpin adalah ide, konsep, gagasan, dan kemampuan managerialnya bagaimana membaca potensi dan SDM yang ada lalu meramunya dalam bentuk gerak nyata, pembangunan desa yang lebih terarah, maju, dan sejahtera. 

Sehingga yang kita harapkan pertarungan kedepan adalah pertarungan konsep, ide, serta gagasan bagaimana melihat Desa Lasori kedepan. Bukan gonto-gontokan, saling mencibir, apa lagi saling menjatuhkan. 

Sebagai generasi penerus, merawat mimpi adalah menjaga, mengejar dan mewujudkannya. Dalam tataran ideal, peran-peran itu adalah peran kita semua tanpa terkecuali. Yang bisa kita lakukan secara dini sebagai masyarakat, salah satunya dengan memilih pemimpin yang kredibel. 

Untuk pengingat! Tidak semua yang pernah menjadi mahasiswa, pulang di kampung akan sama. Tidak semua yang sarjana memiliki kapasitas, serta tidak semua yang terlihat mempuni akan mendapat tempat. Soal siapa figur yang layak, itulah tugas awal kita untuk melihat, menganalisa dan membaca figur-figur yang ada.

Lamena, 4 November 2020

0 Response to "Merawat Mimpi di Desa Lasori"

Post a Comment