Terhalang Hujan, Sumber Foto : Majala-Desa.com |
Pagi Yang Berat. Ku bangunkan kepalaku dari bantal yang menyeyakan tidurku semalam, kuputuskan untuk segera bangun meningalkan serpihan-serpihan kenikmatan itu. Yang ku tau jika mengikutinya sudah pasti ku dibuainya dan bisa-bisa saya melupakan yang lain dan seluruh rencana yang sudah teragendakan semalam. Bangun ya harus bangun, gumamku. Bergegas merapikan seluruh tempat tidurku, rencana yang sudah disusun untuk kembali menyelesaikan pekerjaan agar secepatnya masuk Baubau dan mengikutu penawaran mata kuliah sebagai rangkaiyan proses perkuliahan, harapku.
Sekitar jam sembilan pagi tadi aku keluar dari dalam rumah dan berdirih di depan pintu. Ah sial, langit mendung gelap gulita ditutupi awan hitam yang siap membasahi permukaan bumi. Lagi-lagi harus mengurungkan niat itu untuk kembali terjun menyelesaikan pekerjaan. Tak berselang lama di atas atap rumah mulai terdengar rintikan hujan yang mulai turun. Ternyata alam tak berpihak padaku kali ini dan benar-benar harus membatalkan niat yang sejak malam ku agendakan.
Dikalah hujan itu aku di duduk di bawa kolong rumah, terlihat para siswa-siswi tengah berlarian menuju kolong-kolong rumah didekat mereka, kulihat wanita setengah paru bayu yang sedang menenteng ikan sedang ia jual demikan berlari menuju kolong rumah. Mereka menghindari untuk berbasa-basahan yang di sebabkan hujan yang sedang trun deras itu, hujan yang katanya rahmat. Tapi mereka menghindarinya, enggan untuk di basahi air yang dari langit itu yang katanya rahmat. Kian aku menarik kesimpulan hujan hanyalah rahmat untuk mereka yang berkebun, bercocok tanam dan mereka yang serba kekurangan mata air. Selebihnya hujan hanyalah hambatan yang mengganggu perjalanan, mengganggu ibu paru baya itu untuk menjual ikan hasil tangkapan suaminya dan hambatan bagi saya yang sementara enggan untuk mengharapkan kehadirannya.
Hujan, rahmat untuk pak tani. Selamat pak tani, musim penghujan kini mulai munculkan tanda-tanda bahwa ia akan segera tiba, musim penghujan. Untuk pak tani selamat bercocok tanam. Hasil jerih payamu, sayur-sayuran, singkong dan ubi dari hasil kebunmu kami nantikan untuk mengisi kantong perut kami yang tak pernah puas ini.
Ya sekali lagi pak tani, selamat kini musim penghujan tiba. Semoga hasil kebunmu membumbung kian bebukitan dan berlimpah ruah kian rindangnya belantara.
23 September 2017
(Sesi ke-II Free Writing. Terhalang Hujan)
0 Response to "HUJAN, Rahmat Untuk Pak Tani"
Post a Comment