Ramadhan Kali Ini, Perantau Pasti Rindu

Masjid Babutaqwa Lamena
Kita tidak pernah menyangka sebelumnya, virus corona dapat menjadi pandemi yang menyebar begitu cepat.

Bagi saya sendiri, perjalanan menyusuri jalan-jalan di pedesaan adalah hal yang mengasikan di kala ramadhan tiba. Dan kegiatan itu harus berhenti dulu, bukan cuman takut terkena virus corona, tapi juga turut menyebarkan Covid-19 di sudut-sudut pedesaan. Dan itu akan menjadi hal yang paling menakutkan.

Kita tidak pernah menginginkan ada wabah ini, tapi apa boleh buat, hidup memang selalu punya kejutan.

Yang berlalu akan selalu digantikan dengan takaran 'lebih', dan yang bersyukur akan ditambahkan berkali-kali. Sependek ingatanku tahun-tahun penuh ujian memang tidak pernah selesai, barangkali kita memang tidak hidup di bumi untuk sekedar makan dan menyambung hidup, melainkan untuk menemukan bekal untuk menyusuri jalan lain.

Tahun 2020 ini memang luar biasa, tahun cantin. Tak sabar menantikan kejutan disetiap bulannya. Tapi baru berjalan empat bulan, kita suda mendaptkan kejutan-kejutan yang kurang menyenangkan.

Belum lagi, ramadhan kali ini begitu berbeda, ingatan ku tiba-tiba berpulang pada setahun silam. Jalan di desa-desa, masjid-masjid, selalu raamai. Safari Ramadhan bersama keluarga, Ibu, teman dan sederet aktifitas yang merekatkan cinta pada Sang Maha Hidup.

Kesempatan itu datang sekali lagi. Ada syukur yang rekah berkali-kali. Kita memasuki Ramadhan yang sama, dan menyambutnya dengan suka cita. Tapi kali ini memang berbeda, semua mendadak berubah, virus corona memaksa kita harus di rumah, jauh dari keluarga, teman. Tidak ada kesemarakan di jalanan. Ruang masjid pun berada dalam kedaan sepi. Suasana Ramadan yang berbeda dari tahun-tahun lalu. Masjid-masjid di batasi, jalan-jalan di penuhi pos jaga, dan yang ada, hanya mereka yang berjaga dan melakukan pemantauan.


Tapi Aku yakin, aku tak sendirian. Lihat saja mereka! Perantau yang rindu keluarga di kampung, batal pulang. Sepasang kekasih yang batal menikah, dan mimpi-mimpi anak muda menjadi lebih baik di ramadhan kali ini juga mendadak terhenti.

Kita semua bergegas meletakan harapan besar. Menyusun sejumlah agenda di ramadhan kali ini. Sampai kita lupa, semakin besar harapan yang kita bangun, maka akan semakin besar pula rasa sakit yang dirasakan ketika harapan itu dipatahkan.

Entah siapa yang akan kita salahkan, semua tak menginginkan ini. Aku, juga kamu.

Ya, Sabar dan syukur memang akan selalu lekat bak dua sisi mata uang, menjadi penenang yang ampuh, begitu juga pada situasi ini. Apapun yang terjadi dalam hidup, tetaplah berbaik sangka, agar selalu mudah bagi hati mendaras hikmah.

Aku selalu percaya, setiap badai pasti berlalu, dan setelah badai berlalu akan datang langit yang cerah. Ramadhan kali ini pun akan terselip menjadi ingatan sebagai pengingat betapa Tuhan begitu merindui kita.

Semoga bumi lekas membaik, dan kita kembali bersenda gurau sambil menyeruput kopi di tepian pantai. Nenikmati senja, fajar di pagi hari, juga deburan ombak dan angin sepoi-sepoi.

Tonton juga videonya disini :

0 Response to "Ramadhan Kali Ini, Perantau Pasti Rindu"

Post a Comment