Desa Terapung, 'Ikan Teri Medan Asal Buton Tengah'

Nelayan Desa Terapung Buton Tengah

Perjalanan Kali ini, laju motor saya pacu menuju di salah satu desa terkaya di Buton Tengah, desa dengan perputaran ekonominya hampir 1 Milyar tiap pekannya. Desa Terapung, di Kecamatan Mawasangka, begitu orang-orang menyebutnya.

Perjalanan saya awali saat sore hari, menyusuri jalan bagian barat, mengikuti arah darimana matahari berkemilauan ridup berawan sore ini. Ruas-ruas jalan sore ini masi basah, pertanda habis duguyur hujan. Lajuh motor terus saya pacu dengan sangat hati-hati, sempat saya hentikan di Desa Bonemarambe, untuk mengambil beberapa gambar di salah satu taman di desa itu, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Kali ini saya memilih untuk menyebrangi teluk Liana Banggai menuju desa yang menjadi tujuan, dengan menggunakan jasa penyebarang di Desa Lagili. Saya rasa ini akan membuat perjalanan saya lebih singkat, mengurangi energi yang terbuang, ketimbang harus berputar dengan jarak yang terpaut 12 Kilo Meter, apa lagi hari suda semakin petang.

Sekitar 10 menit berada di atas perahu penyebrangan, menyusuri teluk liana banggai. Saya begitu menikmatinya, suguhan pemandangan dari aktivitas khas masyarakat pesisir, yang memantik saya mengeluarkan handpone untuk mengabadikan beberapa moment. Takjub, sinar senja yang berwarna keemasan sore ini membalut aktivitas nelayan di teluk ini dengan indah.

Motor terms saya pacu mengintari desa-desa di Mawasangka Tengah. Tiba di Desa Matara, mentari telah sempurna kembali keperaduannya, hanya meninggalkan sepercik cahaya keemasan yang buram dan serpihan kisah yang ditorehkan manusia. Disini, saya suda ditunggu teman yang sebelumnya telah janjian. Kami memutuskan untuk bermalam disini, keesokan paginya baru kami akan melanjutkan perjalanan ke Desa Terapung.

Perkiraan kami meleset, hujan kembali turun membasahi bumi saat pagi. Kami memutuskan menunggu hujan redah, hingga perjalanan kami sedikit kesiangan, tak seperti yang kami rencanakan sebelumnya.

Setiba di Desa Terapung, desa dimana mayoritas masyarakatnya adalah suku bajo, nampak masyarakat di desa ini sangat padat  dengan aktivitas. Perempuan, laki-laki, semua disini nampak berbagi dan bertukar peran dan fokus pada peran masing-masing.

Perjalanan di Desa ini kami hentikan di salah satu gudang produksi ikan teri. Ya, disini lah tujuan kami, untuk melihat aktivitas produksi ikan teri. Kedatangan kami pun disambut hangat Ibu Haji, pemilik rumah produksi ikan teri yang sedang kami kunjungi.

Kepada kami, ibu Haji bercerita banyak soal produksi ikan teri di desa ini. Dengan senang hati, ibu haji juga mempersilahkan kami untuk melihat-lihat aktivitas pekerjanya.

Dibagian depan, ada 30 orang ibu-ibu bekerja sebagai buru harian, tengah sibuk memilah-milah ikan teri kering yang suda dijemur dibawa sinar matahari sebelumnya. Di bagian belakang, ada 10 pekerja laki-laki. Mereka merupakan karyawan tetap disini.

Masyarakat Desa Terapung mayoritas seluruhnya berprofesi sebagai nelayan tangkap ikan teri menggunakan bagang apung. Ketika berada di Desa ini, kita akan mendapati rumah-rumah bagang berjejeran di sepanjang pantai yang suda menjadi pemandangan khas di desa ini.

Desa Terapung sejak lama dikenal sebagai penghasil ikan teri setengah jadi. Ikan teri yang diproduksi di Desa ini pun telah menasional, bahkan telah sampai keluar negeri seperti Malaysia. Ikan teri telah menjadikan Desa Terapung dengan perputaran ekonomi paling tinggi di Kabupaten ini, setiap pekannya bisa mencapai 1 Milyar.

Sayangnya, dari cerita yang dituturkan Ibu Haji kepada kami, ada satu yang membuat saya tertegun. Ikan teri hasil produksi di desa ini, yang telah lama memasok kebutuhan industri pasar nasional, ternyata masi membawa bren daerah lain. Kemasan ikan teri di desa terapung selama ini berlabelkan Medan.

Ya, sayang sekali, padahal jika dimanfaatkan setidaknya ini bisa menjadi ikon untuk mengenalkan Buton Tengah sebagai daerah asal ikan teri yang telah menasional itu. Hanya saja sampai saat ini, ketersedian kemasan yang menjadi problem, pemerintah setempat pun belum memberikan perhatian, setidak-tidaknya memberi petunjuk untuk memperoleh kemasan berlabelkan Buton Tengah.

Mau tidak mau para pengusaha seperti ibu haji ini, tetap memakai kemasan dos dengan label Teri Medan untuk mengemas hasil produksinya yang diperolehnya di Jakarta. Karena ternyata, kemasan juga sangat mempengaruhi harga teri ketika dipasarkan.

Percaya atau tidak, boleh jadi Teri yang biasa anda konsumsi selama ini yang anda sangka dari medan karena berlabelkan Teri Medan, bisa jadi asalnya dari Buton Tengah.

Tonton Juga video di Desa Terapung :

0 Response to "Desa Terapung, 'Ikan Teri Medan Asal Buton Tengah'"

Post a Comment